Kamis, 12 Juli 2012

Macam-Macam Istilah Penilaian Pamor

  • Pamor mrambut, merupakan istilah penilaian pamor melalui kesan rabaan (grayaan-Jawa), yaitu pamor yang jika diraba dengan ujun g jari rasanya seperti meraba rambut. Munculnya pamor semacam itu pada permukaan bilah keris seperti susunan helaian rambut atau seperti serat-serat yang halus dan lembut.
  • Pamor ngawat, juga berkaitan dengan kesan rabaan seperti pamor mrambut, tetapi rasa rabaannya tidak sehalus pamor mrambut, melainkan seolah-olah seperti rabaan jajaran kawat yang lembut.
  • Pamor nggajih,merupakan istilah penilaian pamor melalui kesan penglihatan, yakni pamor yang tampak seperti lemak beku menempel di permukaan bilah keris.Keris atau tosan aji yang pamornya nggajih biasanya adalah keris yang bermutu rendah atau yang sering disebut keris rucahan. Keris semacam ini jika dijentik biasanya tidak berdenting.
  • Pamor mbugisan adalah istilah penilaian pamor melalui kesan penglihatan dan rabaan. Permukaan bilah keris yang pamornya tergolong mbugisan rabaannya halus, sedangkan gradasi perbedaan warna antara besinya yang hitam dan pamornya yang putih keperakan tidak nyata terlihat, tidak kontras.
  • Pamor nyanak, istilah pamor untuk pamor Sanak atau pamor peson, merupakan istilah penilaian pamor menurut kesan penglihatan dan rabaan. Alur-alur pola gambaran pamor ini tidak jelas, tidak kontras, tetapi rabaannya sangat terasa, agak kasar. Keris berpamor sanak biasanya dibuat dari bahan pamor yang berupa mineral besi yang didapat dari daerah lain. Jika dijentik, keris pamor sanak, berdenting tetapi tidak nyaring.
  • Pamor Kelem, pamor ini penampilannya cukup jelas, cukup kontras, tetapi seolah yang terlihat hanya sebagian kecil dari keseluruhan pamor. Seolah sebagian besar pamor itu “tenggelam” di dalam badan bilah. Pamor yang kelem itu jika diraba akan terasa lumer atau halus dan lembut.
  • Pamor Kemambang merupakan kebalikan dari pamor kelem. Pamor ini memberi  kesan seolah bagian pamor yang tertanam di badan bilahnya hanya sedikit saja. Jika diraba, pamor kemambang juga memberikan kesan lumer dan halus.
  • Pamor ngintip adalah istilah penamaan pamor yang sangat kasar perabaannya, bahkan kadang-kadang beberapa bagian terasa tajam. Pamor yang ngintip ini bisa terjadi karena dua sebab. Pertama si empu boros atau dermawan (loma-Jawa) terhadap bahan pamor yang digunakannya, sehingga jumlah bahan pamor yang digunakan berlebihan. Bisa juga karena ketidaksengajaan, yakni untuk memberikan kesan wingit pada keris itu.Sebab yang kedua adalah si empu menggunakan bahan pamor yang bermutu tinggi, tetapi besi yang digunakan mutunya kurang bagus, sehingga besi itu cepat aus. Sewaktu besinya sudah aus, sedangkan pamor tidak, maka pamor akan “muncul” di permukaan bilah secara berlebihan.
  • Pamor Mubyar, yaitu pamor yang tampak cerah, cemerlang dan kontras dengan warna besinya. Walaupun warnanya kontras, namun jika diraba akan terasa lumer dan halus.

Selain istilah-istilah yang telah disebutkan dalam istilah-istilah Pamor, untuk menilai pamor orang juga mengamati kondisi tertanamnya pamor pada badan bilah keris atau tosan aji lainnya. Menurut istilah Jawa, kondisi itu disebut tancebing atau tumancebing pamor.

Tancebing dibedakan dalam dua macam, yakni pandes (pandhes), yaitu tertanamnya pamor seolah dalam dan kokoh; dan kumambang, yaitu seolah-olah mengambang atau mengapung di permukaan bilah.

Bahan PAMOR

 
bahan-bahan untuk membuat pamor keris ada 3 macam:

1. BATU METEOR
mempunyai ciri khas warna pamornya putih bercahaya dengan rabaan seolah tajam bergetar halus.
seolah olah ketajamannya menjadi lima .tajam pada ke dua belah kerisnya.terasa sangat tajam bergetar
halus
2.BESI NEKEL
ciri khususnya ialah keris pamor ini cahaya putih pudar kekuning-kuningan. beda dengan pamor batu
meteor ini tidak terasa bergetar.
3.BESI PENAWANG
ciri besi pamor ini adalah cahayanya putih pudar, kalau diraba halus tidak kasar,besi ini lunak dan tidak
dapat berkarat, biasanya dipakai sebagai pengganti pamor meteorit atau nekel.

Keris Terbesar di Dunia

Dua orang penyelam tradisional temukan keris dan kacip (pengupas/pemotong buah pinang) raksasa sepanjang 1,5 meter disungai Kapuas, tepatnya di bawah jembatan Pulau Telo, Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas.
Warga Kelurahan Murung Keramat, digegerkan dengan penemuan keris dan kacip atau pisau pembelah buah pinang raksasa oleh dua orang penyelam tradisional yakni Wawan (21) dan Yanto (28) warga RT 2 berbentuk keris itu memiliki ukiran-ukiran unik di pangkalnya, namun gagang keris tersebut tidak ada. Demikian juga dengan kacip, bagian ujungnya berbentuk menyerupai burung tingang ciri khas Dayak Kalteng.
Inilah Wujud Keris Pusaka Yang Menghebohkan Tersebut
Menurut Wawan sang penemu benda keramat tersebut, terdapat beberapa kejanggalan ketika para pengunjung ada yang berani menyentuh keris tersebut, tangan mereka seperti kaku ketika menyentuh besi-besi yang diperkirakan telah berumur 300 tahun lamanya. Karena itu, Wawan pun belum berminat untuk menjual keris dan kacip raksasa hasil temuannya itu. “Yang ingin membeli sih banyak, cuma saya tak berniat menjualnya dulu, karena saya belum mendapatkan petunjuk, baik dari mimpi maupun bisikan gaib,” katanya…. Wujud Temuan Yang Masih Mencerminkan Aroma Mistis Yang kental
Ada Hubungan dengan Sejarah Kerajaan Batagu
Kesimpulan sementara, senjata tradisional khas Indonesia itu berkaitan dengan Kerajaan Bataguh yang diyakini pernah berdiri di Kapuas. ”Saat itu, Kerajaan Bataguh dipimpin Nyai Undang,” ungkap Manli, salah seorang tokoh adat Dayak. Bentuknya memang bukan senjata khas warga Dayak, Kalimantan Tengah.
Diperkirakan, senjata tersebut ikut tenggelam bersama kapal yang bisa jadi menyerang Kerajaan Bataguh. Peperangan itu diperkirakan terjadi sekitar 1400 Masehi. ”Kerajaan Bataguh mempunyai luasan yang besar di Kapuas, dan Pulau Telo adalah salah satunya,” ujar Manli.
Dia menjelaskan, sebelumnya juga pernah ditemukan meriam di Sungai Kapuas dan tidak jauh dari Pulau Telo. Tepatnya di Mandomai, Kecamatan Kapuas Barat. Temuan tersebut memperkuat analisis sejarah tentang adanya peperangan Kerajaan Bataguh dengan orang asing.
Di ujung keris raksasa yang ditemukan itu terdapat tujuh lubang. Konon, lubang tersebut menunjukkan bahwa keris itu sudah memakan nyawa orang. ”Seperti halnya senjata khas Dayak mandau, apabila terdapat lubang di ujungnya, itu menandakan bahwa senjata tersebut pernah menghilangkan nyawa seseorang,” ujarnya.
Ketua Dewan Adat Dayak Kabupaten Kapuas Anggie Ruhan menyatakan hal yang sama. Dia juga menduga adanya kaitan antara keris tersebut dan Kerajaan Bataguh. Kedua benda itu diperkirakan berumur 300 tahun lebih.
Dikatakan, penemu benda itu disebut ”ketuahan” (keberuntungan) dalam bahasa Dayak karena tidak semua orang bisa mendapatkan. ”Benda tersebut mempunyai daya magis. Biasanya sang penemu Keris merupakan orang terpilih,” katanya.

ILMU KERIS


ILMU KERIS







Dalam budaya Jawa tradisional, keris tidak semata-mataa dianggap sebagai senjata tikam yang memiliki keunikan bentuk maupun keindahan pamor, akan tetapi juga sebagai kelengkapan budaya spiritual. Ada satu anggapan yang berlaku di kalangan Jawa tradisional yang mengatakan, seseorang baru bisa dianggap paripurna jika ia sudah memiliki lima unsur simbolik: curiga, turangga, wisma, wanita, kukila.
Curiga, secara harafiah artinya keris, turangga artinya kuda atau kendaraan (simbol masa kini adalah motor atau mobil), wisma adalah rumah, wanita arti khususnya isteri, dan kukila arti harafiahnya adalah burung. Arti simbolik burung di sini, bagi seorang pria Jawa tradisional, ia harus mampu mengolah, menangkap dan menikmati keindahan serta berolah-seni. Curiga, atau keris, secara simbolik maksudnya adalah kedewasaan, keperkasaan dan kejantanan. Seorang pria Jawa tradisional, harus tangguh dan mampu melindungi diri, keluarga atau membela negara. Perlambangnya adalah keris.
Pada zaman kerajaan-kerajaan di masa lalu, tanda mata paling tinggi nilainya adalah keris. Pemberian paling berharga dari seorang Raja Jawa kepada para perwiranya atau abdi dalem, adalah keris.
Pada perkembangannya, keris di lingkungan kerajaan bisa menjadi simbol kepangkatan. Keris seorang Raja, tentu saja berbeda dengan keris perwira atau abdi dalem bawahannya. Tidak hanya bilah kerisnya saja yang berbeda, akan tetapi juga detil-detil perhiasan serta perabot yang melengkapinya pun berbeda.
Gradasi kepangkatan dari pemilik keris, juga bisa ditilik dari warangka yang menyarungi atau membungkus bilah keris. Warangka seorang Raja, tentu saja berbeda dengan warangka bawahannya. Bila seorang ksatria, tepat kiranya bila warangka yang dipakainya adalah warangka dengan wanda (model) kasatriyan. Pejabat kerajaan, memakai warangka kadipaten. Ada lebih dari 25 varian warangka Jawa di masa lalu yang bisa menjadi indikator kepangkatan pemiliknya. Bahkan daerah asal pun bisa ditilik dari warangkanya, apakah pemiliknya orang dari Yogyakarta, Surakarta, Banyumas, Jawa Timur, Madura atau Bali.





PAMOR KERIS








Pamor merupakan hiasan atau motif atau ornamen yang terdapat pada bilah tosan aji (Keris, Tombak, Pedang atau Wedung dan lain lainnya). Hiasan ini dibentuk bukan karena diukir atau diserasah (Inlay) atau dilapis tetapi karena teknik tempaan yang menyatukan beberapa unsure logam yang berlainan.
Teknik tempa ini sampai saat ini hanya dikuasai oleh para Empu dari wilayah Nusantara dan sekitarnya saja (Malaysia, Brunei, Philipina dan Thailand) walau ada yang berpendapat asal teknik ini dari Tibet atau Nepal, tetapi pendapat tersebut tidak beralasan sama sekali.

Diluar wilayah Nusantara dan sekitarnya biasanya hanya dikenal teknik Inlay saja seperti pedang dari Iran atau negara Eropa lainnya sehingga walau secara seni (art) tampak indah tetapi kesan “Wingit” nya tidak ada sama sekali.
Ada kalanya Pedang buatan Empu diluar wilayah Nusantara terdapat juga Pamor, tetapi biasanya karena tanpa sengaja sewaktu dibuat pedang tersebut tercampur beberapa logam lainnya yang mengakibatkan timbulnya pamor tersebut, kadangkala munculnya pamor tersebut setelah pedang tersebut berumur ratusan tahun.
Ini pula yang mungkin menjadi dasar Empu diwilayah Nusantara (Khususnya Jawa) yang mengolah cara pencampuran berbagai logam sehingga terbentu pamor yang indah dan bernilai seni tinggi.
Bahan pamor ini oleh kebanyakan penulis dari barat dikatakan dari bahan Nikel, padahal ini salah sama sekali karena berdasarkan penelitian oleh Bapak. Haryono Aroembinang MSc (alm) dan beberapa ahli di BATAN Jogjakarta didapat bukti bahwa bahan itu adalah Titanium, suatu bahan yang baru pada abad 20 digunakan sebagai bahan pelapis kendaraan angkasa luar, padahal empu kita sudah menggunakannya dari dulu. Ini diterangkan sebagai berikut, ketika meteor masuk ke atmosfir bumi maka sebagian besar bahan tembaga, besi, nikel, timbel, kuningan terbakar hancur dan hanya titanium yang bertahan sampai bumi. Bahan baku pamor dahulu dibuat dari meteor yang terdapat dibumi sehingga keris jaman dulu banyak mengandung Titanium dan beratnya juga ringan.
Terkenal dulu bahan pamor dari Luwu, Sulawesi Selatan yang dibawa oleh pedagang dari Bugis.
Bahan Pamor yang paling terkenal adalah Pamor Prambanan, saat ini ada di Kraton Surakarta diberi nama Kanjeng Kyai Pamor dan ukurannya sekarang tinggal sekitar 60x60x80 Cm sebesar meja kecil karena sudah banyak digunakan empu membuat karis pesanan dari Kraton.
Setelah bahan meteorit susah didapat, barulah bahan Nikel digunakan, sehingga keris saat ini bobot nya biasanya lebih berat dari keris kuno.

PAMOR MLUMAH, PAMOR MIRING
Dilihat dari cara pembuatannya sebetulnya hanya dua cara pembuatan Pamor yang baik yaitu Mlumah dan Miring. Pamor mlumah adalah lapisan-lapisan pamornya mendatar sejajar dengan permukaan tosan aji sedangkan pamor miring lapisan pamornya tegak lurus permukaan bilah.
Ada juga tosan aji yang dibuat dengan kombinasi pamor mlumah dan miring hanya saja pembuatannya sangat sulit, lebih sulit dari pembuatan pamor miring.
Pamor Mlumah biasanya bermotif Beras Wutah, Ngulit Semangka, Satria Pinayungan, Udan Mas, Wulan-wulan dan sebagainya, sedangkan Pamor Miring umumnya motif Adeg, Batu Lapak, Sodo Saeler, Tumpuk dll. Kesan Pamor Miring agak kasar bila diraba bilahnya dan nyekrak dibanding pamor mlumah.







Apabila lipatannya banyak, baik di pamor mlumah atau miring, maka hasilnya kemungkinan akan menjadi pamor luluhan, praktis pamor dan besi sudah “menyatu” walau tidak terlalu homogen, ini akan terlihat dengan menggunakan kaca pembesar.
Pamor luluhan yang gampang terlihat antara lain di keris buatan Empu Pitrang dijaman Blambangan, diantara pamor Adeg pada beberapa bagian bilah tampak pamor luluan yang sepintas seperti pamor Nggajih.
Kalau lipatannya lebih banyak lagi seperti buatan Empu Pangeran Sedayu maka pamor luluhan ini tidak tampak dengan mata telanjang dan sangat kecil atau tiad mungkin kena karat karena menyatunya bahan pamor dengan bahan besinya.

Cara lainnya
Ada cara lain membuat pamor selain Mlumah dan Miring yaitu dengan cara mengoleskan bahan pamor ke bilah, biasanya bukan dari batu meteorit tetapi logam yang titik leburnya lebih rendah dari besi, caranya dengan menuangkan bahan tersebut yang cair kebilah besi yang membara kemudian dioleskan dengan ujung mancung (kelopak bunga) kelapa sebelum bahan cair tersebut mengeras dan dibuat pamor yang dikehendaki si Empu. Hasilnya umumnya kasar bila diraba dan pamor ini disebut Ngintip (dari Intip/Kerak nasi).







Cara ini hanya digunakan Empu luar keraton, empu Desa atau disebut juga empu Njawi.Ada lagi cara membuat pamor dengan menyiramkan bahan pamor cair ke bilah membara dari pangkal keris keujungnya, pamornya dinamakan Nggajih karena menyerupai lemak.


PAMOR REKAN dan PAMOR TIBAN.
Sewaktu membuat keris, Sang Empu berpasrah diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan saja bagaimana bentuk pamor yang terjadi maka biasanya pamor yang timbul disebut pamor Tiban, sedangkan bila selama pembuatan direka oleh sang Empu maka pamor yang terjadi disebut pamor rekan.
Pamor rekan sering juga gagal dalam pembuatannya, misal sang empu ingin membuat pamor Ron Genduru tetapi jadinya malah Ganggeng Kanyut.
Sebenarnya agak sulit membedakan mana pamor rekan atau tiban karena bisa dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda.






PAMOR MUNGGUL   






Banyak yang menganggap pamor ini pamor titipan, selain itu banyak yang menganggap ini sebagai pamor tiban karena tidak bisa dibuat secara sengaja.
Pamor ini seperti bisul menonjol sekitar 1 mm diatas permukaan bilah umumnya berbentuk lingkaran, baik bulat atau lonjong tetapi ada yang berbentuk gambar membujur lancip panjang. Letaknya bisa dibagian sor-soran, tengah ataupun pucuk. Bisa ditepi atau tengah bilah dan termasuk pamor yang baik serta dicari banyak orang.
Bagaiman pamor ini timbul tidak bisa diterangkan secara pasti, tetapi diduga saat “masuh” atau membersihkan bahan keris dari kotoran, ada unsur logam lain yang menyelip dan lebih keras dari unsur logam besi, tetapi ini baru dugaan saja.



PAMOR AKHODIYAT
Namanya kadang Akordiyat, Kodiyat atau Akadiyat. Wujudnya menyerupai lelehan dari tepi bentuk pamor dengan warna putih cemerlang keperakan dan lebih cemerlang dibanding keputihan pamor pada umumnya.
Ada yang menganggap sebagai pamor titipan atau “sifat” dari pamor tersebut, ternyata semua salah.
Sebetulnya ini terjadi karena penempaan pamor tersebut dilakukan pada suhu yang tepat yang berbeda setiap bahannya, jadi susah diduga berapa suhu yang tepat itu, sehingga banyak yang sepakat bahwa pamor ini dikategorikan ke pamor tiban.
Di Madura biasa disebut pamor “dheling”, kalau tersebar dipermukaan bilah disebut “dheling setong” dan dianggap mempunyai tuah baik.
Pamor dheling yang terbaik terdapat di pucuk bilah dan disebut “dheling pucuk” dan atau dibagian peksi yang disebut “dheling peksi”.



PAMOR TITIPAN.






Pamor ini berbentuk rangkaian kecil yang merupakan perlambang atau tuah tertentu dan pamor ini jarang berdiri sendiri, umumnya tergabung dengan pamor lain yang lebih dominan, antara lain Beras Wutah, Pulo Tirto atau Pendaringan Kebak.
Pamor ini ada yang merupakan pamor tiban, tidak sengaja dibuat seperti Pamor Rahala, Dikiling, Inkal, Putri Kinurung, Gedong Mingkem, Jung Isi Dunya, Telaga Membleng dll.
Pamor titipan yang merupakan pamor rekan antara lain yang terkenal adalah Kuto Mesir, Kul Buntet, Udan Mas, Watu Lapak dll.
Pamor Titipan yang merupakan pamor tiban dibuat bersama dengan pamor lainnya sedangkan yang rekan biasanya dibuat setelah pamor dominan jadi, merupakan pamur yang disusulkan.




DHAPUR KERIS

Dhapur Lurus

1. Betok
2. Brojol
3. Cengkrong
4. Cundrik
5. Gajah Singa
6. Singa
7. Jaka Lola
8. Kebo Lajer
9. Jalak Dinding
10. Jalak Ngore
11. Jalak Nguwung
12. Jalak Tilam Sari
13. Jalak Sumelang Gandring
14. Jalak Sangu Tumpeng
15. Jamang Murub
16. Sardula Mangsah
17. Kebo Dhendeng
18. Dhuwung
19. Kebo Dhungkul
20. Lar Ngatap
21. Kelap Lintah
22. Regol
23. Laler Mangeng
24. Sineba
25. Mesem
26. Temanggung
27. Mundharang
28. Ron Teki
29. Pasupati
30. Mangkurat
31. Putut
32. Pinarak
33. Panji Nom
34. Panji Penganten
35. Karna Tinandhing
36. Sampur
36. Cadhong
37. Sempaner
38. Kalamisani
39. Sepang
40. Yuyu Rumpung
41. Singa Sangu Tumpeng
42. Sona
43. Sinom
44. Sinom Wora Wari
45. Sujan Ampel
46. Kebo Teki
47. Semar Petak
48. Karsesa
49. Tilam Sari
50. Kala Munyeng
51. Tilam Upih
52. Pulang Geni [A]
53. Tebu Sauyun
54. Condong Campur
55. Semar Tinandu
Luk 3

1. Campur Bawur A/B2. Lara Siduwa
3. Mahesa Nempuh
4. Pudhak Jangkung
5. Segara Winotan
6. Tebu Saoyotan
7. Sembada
8. Urubing Dilah 9. Panji Caluring
10. Jangkung
11. Jangkung Mayang
12. Jangkung Pacar
13. Jangkung Segoro Winotan
14. Bango Dolok
15. Mayat
16. Lar Monga
Luk 5

Luk 7

Luk 9

Luk 11
1. Sabuk Inten
2. Bandotan
Luk 13

Luk 15
1. Bima Krodha
2. Mahesa Nyabrang
3. Sedhet 4. Carita Buntala
5. Rangga Pasung
6. Rangga Wilah
Luk 17 - 29
1. Ngampar Buta
2. Lancingan
3. Trimurda
4. Kalatinantang
5. Trisirah 6. Drajit
7. Bima Rangsang
8. Ranggawirun
9. Kalabendu
10. Ranggawulung




BAGIAN KERIS


ACCESORIS KERIS

UKIRAN - Jejeran - Handel - Deder - Hulu Keris

ACCESORIS KERIS
Mendak Gaya Surakarta


Mendak Gaya Yogyakarta


Macam Model Sarung Keris





 
Ukiran, Jejeran, Handel, “Hilt”, Deder, Pegangan, Hulu keris atau apa saja namanya merupakan suatu bentuk benda untuk tempat pegangan tangan dari sebuah tosan aji.
Kebanyakan terbuat dari bahan kayu yang keras, berserat bagus dan gampang dibentuk, logam atau tulang, tanduk serta gading gajah. Terbanyak dibuat dari kayu Tayuman (Caesia laevigata Willd), Cendana, akar kayu jati, akar mawar hutan atau Kemuning (Murraya paniculata Jack.) dengan ukiran yang kadang melambangkan suatu maksud tertentu.





Benda ini kelihatannya sederhana tetapi sebetulnya merupakan suatu kesatuan utuh dengan tosan aji tersebut dan tidak terpisahkan. Keindahan suatu keris dinilai pertama kali dari ukirannya karena ini yang langsung terlihat, pamor dan besi keris sendiri tersembunyi didalam rangka.

Kadang kita melihat keris dengan gaya Jogjakarta tetapi mempunyai hande gaya Solo atau sebaliknya, ini menunjukan bahwa yang bersangkutan tidak mengetahui bahwa Ukiran tersebut bisa juga merefleksikan tempat asal tosan aji tersebut dan juga berkaitan dengan perlengkapan tosan aji yang lainnya seperti rangka, mendak, selut atau pendok.

Bagi para pecinta tosan aji terutama yang baru mulai, adalah sangat penting memperhatikan hal-hal kecil seperti apakah ukiran yang dipakai tersebut memang sesuai dengan keris yang dipunyainya, jangan sampai contohnya orang dengan pakaian jas yang sangat rapih tetapi memakai sepatu olah raga.



Ada pula orang yang justru karena sesuatu hal (mungkin karena takut mistis dari tosan aji tersebut atau alasan lain) tidak mengkoleksi tosan aji, akan tetapi justru mempunyai koleksi ukiran cukup banyak dan bervariasi, ini menunjukan bahwa ukiran sudah merupakan suatu seni tersendiri yang mencirikan suatu daerah tertentu dan bisa terlepas dari bentuk tosan aji seutuhnya.

Sayangnya saat ini sudah semakin sedikit pengrajin ukiran (di Jawa namanya Mranggi), apalagi yang masih mengikuti pakem atau aturan yang baku, ini mungkin disebabkan lamanya membuat ukiran tersebut yang bisa 4 hari (dari masih berbentuk bahan samapi jadi) bahkan lebih kalau menggunakan gading atau logam sedangkan hasil yang diperoleh tidaklah sebanding dengan tenaga dan pikiran yang digunakan. Belum lagi apabila ukiran tersebut disesuaikan dengan sifat atau watak sipemesan, bila wataknya halus maka sebaiknya ukiran tersebut bisa mencerminkan sifat tersebut. Selain itu juga bahan pembuatnya yang termasuk kualitas baik juga semakin jarang (kayu Tayuman misalnya) sehingga harga dari ukiran tersebut juga tidak terlalu tinggi, padahal ketelitian dan usaha membuatnya hampir sama antara ukiran dengan bahan yang baik dengan bahan yang biasa saja padahal harganya bisa berlipat kali perbedaannya.

Biasanya pengrajin ukiran menggunakan kayu “blak” atau contoh “molding” yang biasanya terdiri dari 4 bagian untuk membuat ukiran tersebut (khususnya untuk ukiran dari Jawa Tengah) yang bisa ditrapkan dan dipaskan untuk diterapkan kepada ukiran yang sedang digarap, ini untuk menjaga agar ukuran dan ciri ukiran tersebut standard , karena beda bentuknya sedikit saja maka ukiran tersebut sudah jatuh nilainya, yang membedakan mutu tinggal di “seni ukir” dan kehalusan serta ketelitian dari si pengrajin saja ditambah mungkin motif kayu yang tepat (ada kendit atau polengnya).

Pada beberapa tosan aji, antara ukiran dan tosan ajinya menyatu merupakan satu kesatuan bahan, ini biasanya disebut “deder iras”, umumnya terdapat dikeris kuno yang dikenal dengan sebutan “Keris Majapahit”, walau ini merupakan ungkapan yang salah kaprah karena belum tentu tosan aji itu buatan jaman Majapahit.

MERAWAT KERIS



Pastilah semua orang yang mengenal budaya jawa khususnya Keris akan mengetahui bagaimana tata cara merawat keris yang benar sehingga keris sebagai pusaka akan tetap awet dan terawat dengan baik.
Namun ada juga yang hanya mengenal tehnik dan tata cara perawatan keris ini hanya sepenggal-sepenggal sehingga antara perawatan dan pelestarian budaya menjadi saling bertentangan. Merawat Keris yang benar adalah yang  seperti dilakukan oleh keraton, baik dari Surakarta maupun Yogyakarta.
Perawatan Keris :
  1. Keris dibersihkan tiap satu tahun sekali, hal ini seperti yang dilakukan pihak keraton, bisa dilakukan pada bulan Besar, Sura atau Maulud, atau juga bulan yang lain yang anda sukai, ini tergantung dari kepercayaan kita masing-masing. Pembersihan ini secara menyeluruh baik eksoteri maupun isoteri. Pembersihan ini dimaksudkan agar selama satu tahun penyimpanan keris ditempat kita jika mungkin ada karat yang menempel maka harus segera dibersihkan dan dihilangkan agar tidak merusak keris tersebut. proses ini bisa mulai dari mutih kemudian mewarangi dan memiyaki keris, namun jika keris tidak berkarat maka cukup dibilas dengan air bersih lalu dikeringkan dan diminyaki kembali.
  2. Keris dibersihkan tiap bulan sekali dengan cara mengolesi bilah keris dengan minyak yang bebas dari alkhohol. hal ini dimaksudkan agar sumber karat yang melekat pada besi keris hilang. Jenis minyak dapat menggunakan campuran dari minyak cendana, melati dan kenanga atau sesuai selera masing-masing.
  3. Menyimpan keris yang benar didalam rumah harus juga memperhatikan beberapa hal, seperti tinggi tempat penyimpanan, lembab tidaknya tempat penyimpanan dan cocok tidaknya tempat penyimpanan. Kenapa tempat penyimpanan harus tinggi ? hal ini dimaksudkan agar anak-anak kita tidak dengan mudah menjangkaunya, bagaimanapun juga keris adalah benda tajam yang berbahaya.

Cocok Tidaknya Keris dengan Pemilik



Setelah memiliki sebuha keris baik dari warisan, pemberian, membeli atau mencari dengan berbagai macam cara, maka muncullah pertanyaan dibenak pemilik keris itu :
  1. “Apakah keris ini cocok dengan saya ?”
  2. “Apakah keris ini cocok dengan keluarga saya ?”
  3. “Apakah keris ini cocok dengan usaha saya ?”
  4. “Apakah keris ini cocok dengan agama saya ?”
  5. “Apakah keris ini cocok dengan istri dan anak-anak saya ?”
mungkin masih banyak pertanyaan – pertanyaan yang sejenis yang akan muncul ketika keris sudah ditangan.
Bagaimana menjawab pertanyaan diatas ?
Baiklah ada sedikit pengalaman pribadi yang pernah saya alami mungkin dapat dipakai sebagai pembelajaran dan perbandingan.
  1.  memiliki keris dengan niat pertama nguri-uri (melestarikan) budaya, dengan niat ini maka kita tidak akan terjerumus pada kemusrikan / kesyirikan, karena yang kita nilai dari sebuah keris adalah budayanya bukan dayanya/isinya, jika sebuah keris ada tuahnya , ini terjadi atas ijin  ALLAH SWT, kita serahkan kembali kepadaNYa.
  2. Keris yang baik akan datang kepada kita lewat berbagai macam cara dengan cara memberi tahu kita disaat tidur atau sedang terjaga (Lewat tayuh), Keris yang datang tidak dengan tayuh dapat dipastikan tidak akan cocok dengan kita atau keris tersebut keris baru bukan sebuah keris tangguh sepuh. Kita harus yakin dan percaya bahwa setiap petunjuk yang baik itu pasti bersumber dari ALLAH SWT, sedang kabar yang jahat dan buruk bersumber dari syaitan.
  3. Nah dari Tayuhan yang datang tersebut kita dapat meperkirakan keris tersebut cocok atau tidak dengan kita, keluarga kita, bisnis kita atau orang-orang disekitar kita. kenapa sampai ada tayuh ? jawabnya adalah semua benda dialam ini diciptakan ALLAH untuk dimanfaatkan seluas-luasnya bagi manusia, ada benda-benda yang memiliki daya ada juga yang tidak. jika kita membeli kursi atau meja ditoko dan kemudian dikirimkan ke rumah kita pasti tidak akan ada firasat yang datang kepada kita berhubungan dengan pembelian tersebut. Tapi jika istri kita mengandung anak kita pastilah kita akan diberi petunjuk oleh ALLAH lewat mimpi yang beraneka ragam yang mengisyarkatkan bahwa kita akan diberi Seorang anak atau lebih tepatnya dititipi seorang anak.  ini semua kuasa dari ALLAH.
  4. setelah keris kita simpan dirumah, perlu dicek apa saja yang terjadi setelah keris itu datang, apakah sering bertengkar dengan  anggota keluagra lain, anak sering rewel, tetangga memusuhi, atau pimpinan dan rekan kerja acuh tak acuh dengan kita ? jika ini terjadi berarti keris yang ada tidak sesuai dengan pribadi kita. Namun jika setelah keris itu datang kita jadi rajin sholat, banyak teman yg berkunjung kerumah, banyak saudara yang berkunjung kerumah juga, banyak order penjualan, rekan bisnis kita jadi sayang dan patuh pada kita, anak-anak dirumah patuh dan taat pada kita, ini artinya berkah dari ALLAH SWT datang lewat keris tersebut. dan keris twersbut cocok dengan kita, keluarga, bisnis dan anggota keluarga yg lain.

Pamor Keris Pemilih

” Ada banyak sekali jenis dari keris yang berpamor pemilih dan berpamor yang kurang baik, hal ini dikarenakan oleh berbagai macam faktor”
Sering kita mendengar cerita dimasyarakat tentang orang yang tidak cocok pada keris pusakanya, baik keris dari warisan, pemberian orang, mas kawin atau yang mendapatkan dengan cara-cara lainnya. Ada banyak sekali jenis dari keris yang berpamor pemilih dan berpamor yang kurang baik, hal ini dikarenakan oleh berbagai macam faktor diantaranya :
1.  Saat Empu membabar / membuat pusaka konsentrasinya terganggu oleh sesuatu hal sehingga mantra yang seharusnya baik menjadi salah ucap atau tidak sesuai maka mengakibatkan keris tersebut mempunyai tuah yang kurang baik Contohnya : Pusaka Empu Gandring, sebelum keris selesai dibuat sang Empu dibunuh oleh Ken Arok dan mengucapkan kata – kata kutukan yang masuk ke keris tersebut, dan terbukti keris tersebut mempunyai tuah seperti  maksud dari kutukan empu Gandring.
2.   Pamor Adalah sebuah bentuk ilustrasi  atau gambar yang muncul dipermukaan bilah keris, nama-nama pamor sangat banyak dan beragam sesuai bentuk dan kemiripannya dengan alam, sebagai contoh ; Pamor Beras Wutah, Pamor Sasa Sakler, Pamor Blarak Ngirid, Pamor Udan Mas dan lain sebagainya. Terdapat beberapa jenis pamor yang memang  mempunyai tuah yang kurang baik antara lain :
1. Pamor Satria Wirang     : membawa kesengsaraan pemiliknya.
2. Pamor Sujen Nyawa      : pusaka ini menginginkan pemiliknya untuk segera meninggal.
3. Pamor Dengkiling          : mempunyai angsar cengkiliing / jahil pada pemiliknya.
4. Pamor Yoga Pati           : angsarnya anak pemilik pusaka sering sakit sakitan.
5. Pamor Tundung             : membuat pemiliknya sering pindah-pindah tempat / usaha.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, semua hasil karya manusia yang gagal atau salah dalam perhitungan, pengerjaan atau perencanaan akibatnya akan dapat membahayakan manusia, jadi tidak hanya keris. Jembatan, rumah, toko, gedung juga memiliki pengaruh yang tidak baik bagi yang menempati atau memiliki jika terdapat kegagalan dalam proses pembuatannya. intinya  jika sesuatu hal itu dirancang dan dikerjakan dengan perencanaan yang  matang, hati yang baik dan iklas maka hasilnya juga akan baik. 

Keris Isi Dan Kosong


Para pakar Perkerisan menyebutkan bahwa ada banyak sekali jenis keris yang beredar dimasyarakat, untuk meneliti isi atau tidaknya suatu keris tersebut masih sulit untuk dibuktikan.
Sering kita mendengar ada salah seorang pemilik keris yang mengatakan keris saya kosong karena sudah tidak terawat atau sebab – sebab yang lainnya, cerita dimasyarakat tentang isi atau tidaknya suatu (keris) memang masih membingungkan, walaupun keris itu dari warisan, pemberian orang, mas kawin atau yang mendapatkan dengan cara-cara lainnya. Para pakar Perkerisan menyebutkan bahwa ada banyak sekali jenis keris yang beredar dimasyarakat, untuk meneliti isi atau tidaknya suatu keris tersebut masih sulit untuk dibuktikan. “Bahwa ada 4 macam  kategori keris yang ada di masyarakat diantaranya :
1.   Keris Souvenir : Keris yang sengaja dibuat untuk hadiah pada seseorang atau untuk diperdagangkan dalam dunia luas, keris ini biasanya dibuat sederhana atau juga ada yang dibuat indah dan sangat menarik, namun isi atau tuahnya tidak ada. Keris-keris model ini biasa dibuat oleh pengrajin dan bukannya seorang Empu Keris. Dalam sehari seorang pengrajin keris ini dapat membuat 15 sampai 20 buah dan  biasa diperjualbelikan sebagai barang Souvenir.
2.   Keris Ageman : suatu keris yang hanya menonjolkan keindahan bentuk atau model keris tersebut. Keris yang demikian ini tidak ada isinya karena Sang Empu pada saat membuat keris tanpa melakukan tapa brata dan upacara-upacara tertentu. . Dalam sehari seorang Empu  keris ini dapat membuat 3 sampai 5 buah.
3.   Keris Tayuhan : Sebuah keris yang dibuat oleh seorang Empu melalui upacara-upacara khusus, biasanya pada jaman dahulu ada seseorang yang memesan Keris pada seorang Empu untuk suatu keperluan, untuk kewibawaan, memudahkan dapat rejeki atau juga untuk penolak bala. Kemudian sang Empu membuat keris sesuai keinginan dari pemesannya dan tentu saja keris tersebut memiliki tuah atau isi sesuai keinginan dari sang empu. Biasanya Keris model ini sederhana tapi ada juga yang dibuat indah dan menarik. Dalam setahun seorang Empu keris dapat membuat 1 atau 5 buah.
4.   Keris Pusaka : Sebuah keris yang dibuat oleh seorang Empu keris yang memiliki ciri – ciri indah dan memiliki tayuhan.  Tentu saja pada saat pembuatan melakukan upacara-upacara khusus agar keris tersebut bertuah. Dalam setahun seorang Empu keris dapat membuat 1 atau 2 buah saja.
 
“ Keris yang berisi tayuhan itu pasti memiliki daya tersendiri bagi yang melihat atau memilikinya, daya isi bisa berupa perwujudan keris itu tampak wingit, galak, demes  atau memiliki prabawa tersendiri sedang keris yang tidak berisi pasti tampak biasa tidak ada rasa atau sesuatu dalam perasaan kita”.  Bahwa keris yang dulunya dibuat sebagai keris Tayuhan atau  keris pusaka kekuatannya tidak dapat hilang, dikarenakan bahan-bahan yang dipakainya saja sudah mengandung tuah. Besinya dicari besi pilihan yang bertuah, pamornya juga demikian sehingga isi dari keris tersebut tidak akan hilang selama perwujudannya masih ada. Secara Logika dapat disamakan dengan besi Magnet,  jenis besi ini memang memiliki kekuatan untuk dapat menarik besi, kekuatannya tidak bakal hilang selama unsur-unsur magnetnya masih ada demikian juga Keris, selama unsur besi, Baja dan Pamor masih melekat kekuatan alaminya tidak bakal hilang. Hanya para empu yang mengetahui kekuatan atau daya apa yang terkandung dalam bahan-bahan keris tersebut. Jika ada orang yang dapat mengambil isi keris sebenarnya hanya daya postipnotis (daya saran) yang dilekatkan empu saja yang diambilnya, sedang daya alami dari bahan keris akan tetap ada secara alami.

Memiliki Keris

Bagaimana memilih keris yang baik ?, pertanyaan itu yang sering muncul jika kita ingin memiliki keris.
Memiliki sebuah keris memang sangat membangggakan, disamping ikut nguri-uri (bahasa jawa) dan melestarikan budaya yang adi luhung warisan nenek moyang juga menambah dan menumbuhkembangkan semangat mencintai budaya nenek moyang. Memiliki keris yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan memang tidak gampang karena disamping sulit mendapatkannya juga harga yang mahal apalagi kalau keris itu benar-benar keris yang memiliki sejarah yang jelas, keindahan dan karisma yang tinggi. Bagaimana memilih keris yang baik ?, pertanyaan itu yang sering muncul jika kita ingin memiliki keris. Banyak para pecinta keris yang sudah memiliki patokan-patokan sendiri dalam mencari atau memiliki keris salah satunya adalah Tangguh, Wutuh dan Sepuh.
Tangguh adalah suatu perkiraan jaman pembuatan keris. Tangguh ditemukan dari meneliti bahan, garap dan motip pamor yang ada pada sebuah keris. Misalnya keris tangguh majapahit besinya hitam, ukuran bilahnya kecil, ganjanya juga kecil manis dan pamornya kecil seperti rambut kemudian untuk keris tangguh Mataram besinya mentah, bentuk bilahnya seperti daun singkong, ganja seperti cicak sedang manangkap mangsa dan pamor penuh atau mubyar sedang keris tangguh pajajaran bercirikan kerisnya tipis, lebar pamornya berkesan ngajih dan besinya kering. Dan juga keris itu jelas asal usulnya, pertama keris itu harus diketahui (diperkirakan buatan) mana, jelas pula siapa pemilik asalnya dan juga perlu dipertanyakan kenapa keris tersebut mau di mas kawinkan . Ada beberapa orang yang teliti sampai mengamati dahulu bagaimana keadaan keluarga pemilik keris tersebut, apakah ia keluarga yang bahagia atau yang berantakan .
Wutuh adalah suatu kesan tentang keadaan dari sebuah keris yang masih lengkap bagian-bagiannya, tidak ada yang patah atau keropos yang terlalu parah. Jika sudah keropos atau hilang salah satu bagian keris maka nilai keris tersebut akan menjadi berkurang. Intinya keris yang cacat jangan sampai dipilih, keris yang asal mulanya dibuat indah dan terbuat dari bahan baku pilihan walaupun telah aus biasanya masih tetap terbayang keindahannya. Keris yang dianggap tidak lagi utuh adalah keris yang patah bilahnya, patah kembang kacangnya atau pesinya.
Sepuh adalah perikiraan jaman dibuatnya keris adalah benar-benar tua, bukan keris jaman sekarang yang dituakan karena proses kimia. Ciri dari keris itu tua adalah dengan melihat ada tidaknya slorok (batas antara besi dan baja ) pada tiap bilah keris biasanya ada warna yang berbeda batas tersebut berwarna kebiruan atau hijau metalik dan terdapat ditepi bilah sebagai tajamnya keris. Banyak para pecinta keris pemula kadang tidak begitu mengerti tentang slorok ini sehingga sering keliru dalam memilih keris
Kemudian jika ingin mas kawin (membeli) sebuah keris harus diingat ada ilmu untuk mengetahui apakah keris itu cocok dan berjodoh dengan kita atau tidak. Dalam dunia perkerisan ilmu tersebut dinamakan tayuh, banyak cara menayuh salah satunya dengan meletakkan keris dibawah bantal dan tidur sendirian dikamar dengan catatan hati dan pikiran kita harus bersih dan suci serta berdoa kepada Tuhan agar diberikan petunjuk yang baik .
Proses kepemilikan sebuah keris bermacam-macam, ada yang lewat warisan orang tua, pemberian sesorang, membeli atau mas kawin dari seseorang atau juga dengan cara-cara yang tertentu dengan meminta ridho dan ijin Tuhan. Semua cara sah-sah saja asal jangan sampai menelantarkan tugas utama dan keluarga. Memiliki keris yang baik memang tidak mudah tetapi kalau berjodoh dengan sedikit dana kita bisa mendapatkan keris yang istimewa dan cocok dengan hati kita. Akan lebih baik jika kita memilih keris dengan acuan seni dan keindahannya, walau keris itu muda tetapi seni garap dan keindahannya melebihi keris – keris yang sudah tua apa salahnya kita milikinya, hal ini akan membuktikan cita rasa seni yang tinggi pemiliknya. Jangan sampai kita memiliki dan membeli keris karena tertarik pada cerita sipenjualnya, ini artinya yang kita beli adalah ceritanya dan bukan keindahan atau kualitas kerisnya.

Menguji Kualitas Keris Dengan Cara Modern

Keris adalah senjata tradisional khas Jawa. Senjata ini sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan dunia bersama-sama dengan batik dan wayang. Jaman dahulu, keris adalah salah satu kelengkapan yang harus ada dalam berpakaian. Keris juga dipercaya mempunyai tuah yang dapat memberikan pengaruh kekuatan kepada pemiliknya. Contohnya adalah keris Nogososro Sabuk Inten yang dalam cerita rakyat dinilai akan memberikan kedudukan tinggi bagi pemiliknya
Jaman sekarang, keris dijadikan koleksi bagi para penggemarnya. Bagi kolektor keris, nilai sebuah keris akan sangat ditentukan oleh kualitasnya.
Dahulu kala para empu menilai kualitas keris dengan menggunakan ilmu gaib. Mereka dapat menguji keris berdasarkan bahannya, mutu logamnya dan tuahnya dengan menggunakan ilmu gaib tersebut.
Setelah ilmu para empu semakin langka ditelan jaman, pengujian keris menggunakan metode disentil. Keris disentil ujungnya, kemudian didengarkan dengungnya. Semakin panjang suara dengungnya, semakin bagus mutu keris. Cara ini hanya untuk menentukan mutu logam keris saja. Tidak untuk menguji tuahnya.
Metode yang lebih baru lagi adalah dengan menggunakan sinar X. Dengan menggunakan radiasi sinar X, dapat diketahui mutu logam dan kekeroposan pada keris akibat dimakan usia.
Metode yang paling baru dan modern adalah dengan menggunakan alat yang dinamakan Keris Analyzer. Metode ini adalah penemuan dari Prof. Sunarno, Guru Besar Teknik Universitas Gajah Mada. Cara ini diklaim lebih bagus dari metode terdahulu. Metode sentilan dapat merusak keris jika keris sudah tua dan keroos. Radiasi sinar X juga bias merusak komponen logam.

Keris Analyzer terdiri dari sebuah kotak kayu, mikrofon, speaker, amplifier, engumpul resonansi, alat pengolah sinyal, sumber sensorik dan computer. Dengan alat ini dapat diketahui mutu keris, kekeroposannya, perkiraan periode pembuatan dan bahan pembuatnya terbuat dari campuran logam apa saja. Apakah ada campuran besi, emas, titanium, tembaga, kuningan dan sebagainya.
Sistem kerja Keris Analyzer ini menggunakan respon frekwensi getaran mulai getaran normal dengan frekwensi 20 Hz sampai 60 KHz (ultrasonic). Keris yang diuji dijepit dengan karet di tengah kotak. Kemudian dikirimkan getaran dengan berbagai frekwensi. Sinyal getaran yang dipantulkan oleh keris kemudian ditangkap dengan alat dan divisualkan dalam bentuk grafik di layer computer. Garis vertical menunjukkan kekuatan sinyal, garis horizontal menunjukkan kekuatan frekwensi. Keris yang bagus ditandai dengan garis kekuatan sinyal yang tinggi dengan arah ke kanan (frekwensi tinggi).
Alat ini sangat cocok untuk digunakan oleh para kolektor atau kurator, karena saat ini banyak sekali keris palsu (imitasi). Yaitu keris buatan baru, namun dinampakkan seolah-olah barang lama. Caranya adalah dengan merendam keris baru tersebut di larutan HCL, sehingga timbul karat-karat, yang mengesankan bahwa keris tersebut peninggalan jaman kuno.

Istilah Keris



Keris 13 Luk



Keris Bima


Dalam budaya perkerisan ada sejumlah istilah yang terdengar asing bagi orang awam.. Pemahaman akan istilah-istilah ini akan sangat berguna dalam proses mendalami pengetahuan mengenai keris. Istilah dalam dunia keris, khususnya di Pulau Jawa, yang sering dipakai: angsar, dapur, pamor, perabot, tangguh, tanjeg, dan lain sebagainya.
Di bawah ini adalah uraian singkat yang disusun secara alfabetik mengenai istilah perkerisan. Istilah ini lazim digunakan di Pulau Jawa dan Madura, tetapi dimengerti dan kadang kala juga digunakan di daerah lainnya, seperti Sulawesi, Sumatra, dan bahkan di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

 

 

Angsar

adalah daya kesaktian yang dipercaya oleh sebagian orang terdapat pada sebilah keris. Daya kesaktian atau daya gaib itu tidak terlihat, tetapi dapat dirasakan oleh orang yang percaya. Angsar dapat berpengaruh baik atau posistif, bisa pula sebaliknya.
Pada dasarnya, semua keris ber-angsar baik. Tetapi kadang-kadang, angsar yang baik itu belum tentu cocok bagi setiap orang. Misalnya, keris yang angsar-nya baik untuk seorang prajurit, hampir pasti tidak cocok bila dimiliki oleh seorang pedagang. Keris yang angsar-nya baik untuk seorang pemimpin yang punya banyak anak buah, tidak sesuai bagi pegawai berpangkat rendah.
Guna mengetahui angsar keris, diperlukan ilmu tanjeg. Sedangkan untuk mengetahui cocok dan tidaknya seseorang dengan angsar sebuah keris, diperlukan ilmu tayuh.

Dapur

Adalah istilah yang digunakan untuk menyebut nama bentuk atau type bilah keris. Dengan menyebut nama dapur keris, orang yang telah paham akan langsung tahu, bentuk keris yang seperti apa yang dimaksud. Misalnya, seseorang mengatakan: "Keris itu ber-dapur Tilam Upih", maka yang mendengar langsung tahu, bahwa keris yang dimaksud adalah keris lurus, bukan keris yang memakai luk. Lain lagi kalau disebut dapur-nya Sabuk Inten, maka itu pasti keris yang ber-luk sebelas.

Dunia perkerisan di masyarakat suku bangsa Jawa mengenal lebih dari 145 macam dapur keris. Namun dari jumlah itu, yang dianggap sebagai dapur keris yang baku atau mengikuti pakem hanya sekitar 120 macam saja. Serat Centini, salah satu sumber tertulis, yang dapat dianggap sebagai pedoman dapur keris yang pakem memuat rincian jumlah dapur keris sbb: Keris lurus ada 40 macam dapur. Keris luk tiga ada 11 macam. Keris luk lima ada 12 macam. Keris luk tujuh ada 8 macam. Keris luk sembilan ada 13 macam. Keris luk sebelas ada 10 macam. Keris luk tigabelas ada 11 macam. Keris luk limabelas ada 3 macam. Keris luk tujuhbelas ada 2 macam. Keris luk sembilan belas, sampai luk duapuluh sembilan masing-masing ada semacam.
Namun, menurut manuskrip Sejarah Empu, karya Pangeran Wijil, jumlah dapur yang dianggap pakem lebih banyak lagi. Catatan itu menunjukkan dapur keris lurus ada 44 macam, yang luk tiga ada 13 macam, luk sebelas ada 10 macam, luk tigabelas ada11 macam, luk limabelas ada 6 macam, luk tujuhbelas ada 2 macam, luk sembilanbelas sampai luk duapuluh sembilan ada dua macam, dan luk tigapuluh lima ada semacam. Jumlah dapur yang dikenal sampai dengan dekade tahun 1990-an, lebih banyak lagi.

Luk

Istilah ini digunakan untuk bilah keris yang tidak lurus, tetapi berkelok atau berlekuk. Luk pada keris selalu gasal, tidak pernah genap. Hitungannya mulai dari luk tiga, sampai luk tigabelas. Itu keris yang normal. Jika luknya lebih dari 13, dianggap sebagai keris yang tidak normal, dan disebut keris kalawijan atau palawijan.
Jumlah luk pada keris selalu gasal, tidak pernah genap. Selain itu, irama luk keris dibagi menjadi tiga golongan. Pertama, luk yang kemba atau samar. Kedua, luk yang sedeng atau sedang. Dan ketiga, luk yang rengkol -- yakni yang irama luknya tegas.

Mas kawin

Dalam dunia perkerisan adalah pembayaran sejumlah uang atau barang lain, sebagai syarat transaksi atau pemindahan hak milik atas sebilah keris, pedang, atau tombak. Dengan kata yang sederhana, mas kawin atau mahar adalah harga.
Istilah mas kawin atau mahar ini timbul karena dalam masyarakat perkerisan terdapat kepercayaan bahwa isi sebilah keris harus cocok atau jodoh dengan pemiliknya. Jika isi keris itu jodoh, si pemilik akan mendapat keberuntungan, sedangkan kalau tidak maka kesialan yang akan diperoleh. Dunia perkerisan juga mengenal istilah melamar, bilamana seseorang berminat hendak membeli sebuah keris.



Mendak

adalah sebutan bagi cincin keris, yang berlaku di Pulau Jawa, Bali, dan Madura. Di daerah lain biasanya digunakan istilah cincin keris. Mendak hampir selalu dibuat dari bahan logam: emas, perak, kuningan, atau tembaga. Banyak di antaranya yang dipermewah dengan intan atau berlian. Pada zaman dulu ada juga mendak yang dibuat dari besi berpamor.
Selain sebagai hiasan kemewahan, mendak juga berfungsi sebagai pembatas antara bagian hulu keris atau ukiran dengan bagian warangka.



Pamor




Pamor Miring

Pamor dalam dunia perkerisan memiliki 3 (tiga) macam pengertian. Yang pertama menyangkut bahan pembuatannya; misalnya: pamor meteorit, pamor Luwu, pamor nikel, dan pamor sanak. Pengertian yang kedua menyangkut soal bentuk gambaran atau pola bentuknya. Misalnya: pamor Ngulit Semangka, Beras Wutah, Ri Wader, Adeg, dan sebagainya. Ketiga, menyangkut soal teknik pembuatannya, misalnya: pamor mlumah, pamor miring, dan pamor puntiran.




 
Pamor Kul Buntet / Batu Lapak
Selain itu, ditinjau dari niat sang empu, pola pamor yang terjadi masih dibagi lagi menjadi dua golongan. Kalau sang empu membuat pamor keris tanpa merekayasa polanya, maka pola pamor yang terjadi disebut pamor tiban. Orang akan menganggap bentuk pola pamor itu terjadi karena anugerah Tuhan. Sebaliknya, jika sang empu lebih dulu membuat rekayasa pla pamornya, disebut pamor rekan [rékan berasal dari kata réka = rekayasa]. Contoh pamor tiban, misalnya: Beras wutah, Ngulit Semangka, Pulo Tirta. Contoh pamor rekan, misalnya: Udan Mas, Ron Genduru, Blarak Sinered, dan Untu Walang. Ada lagi yang disebut pamor titipan atau pamor ceblokan, yakni pamor yang disusulkan pembuatannya, setelah bilah keris selesai 90 persen. Pola pamor itu disusulkan pada akhir proses pembuatan keris. Contohnya, pamor Kul Buntet, Batu Lapak, dll.




Pendok

berfungsi sebagai pelindung atau pelapis gandar, yaitu bagian warangka keris yang terbuat dari kayu lunak. Namun fungsi pelindung itu kemudian beralih menjadi sarana penampil kemewahan. Pendok yang sederhana biasanya terbuat dari kuningan atau tembaga, tetapi yang mewah terbuat dari perak atau emas bertatah intan berlian.
Bentuk pendok ada beberapa macam, yakni pendok bunton, blewehan, slorok, dan topengan.









Perabot

Dalam dunia perkerisan, asesoris bilah keris disebut perabot keris. Perlengkapan atau asesoris itu meliputi warangka atau sarung keris, ukiran atau hulu keris, mendak atau cincin keris, selut atau pedongkok, dan pendok atau logam pelapis warangka.

Ricikan

Adalah bagian-bagian atau komponen bilah keris atau tombak. Masing-masing ricikan keris ada namanya. Dalam dunia perkerisan soal ricikan ini penting, karena sangat erat kaitannya dengan soal dapur dan tangguh keris. Sebilah keris ber-dapur Jalak Sangu Tumpeng tanda-tandanya adalah berbilah lurus, memakai gandik polos, pejetan, sogokan rangkap, tikel alis, dan tingil. Gandik polos, pejetan, sogokan rangkap, tikel alis, dan tingil, adalah komponen keris yang disebut ricikan.

Selut


Selut Surakarta njeruk keprok
seperti mendak, terbuat dari emas atau perak, bertatahkan permata. Tetapi fungsi selut terbatas hanya sebagai hiasan yang menampilkan kemewahan.


Dilihat dari bentuk dan ukurannya, selut terbagi menjadi dua jenis, yaitu selut njeruk pecel yang ukurannya kecil, dan selut njeruk keprok yang lebih besar. Sebagai catatan; pada tahun 2001, selut nyeruk keprok yang bermata berlian harganya dapat mencapai lebih dari Rp. 20 juta!
Karena dianggap terlalu menampilkan kemewahan, tidak setiap orang mau mengenakan keris dengan hiasan selut.

Tangguh

Tangguh arti harfiahnya adalah perkiraan atau taksiran. Dalam dunia perkerisan maksudnya adalah perkiraan zaman pembuatan bilah keris, perkiraan tempat pembuatan, atau gaya pembuatannya. Karena hanya merupakan perkiraan, me-nangguh keris bisa saja salah atau keliru. Kalau sebilah keris disebut tangguh Blambangan, padahal sebenarnya tangguh Majapahit, orang akan memaklumi kekeliruan tersebut, karena bentuk keris dari kedua tangguh itu memang mirip. Tetapi jika sebuah keris buatan baru di-tangguh keris Jenggala, maka jelas ia bukan seorang ahli tangguh yang baik.
Walaupun sebuah perkiraan, tidak sembarang orang bisa menentukan tangguh keris. Untuk itu ia perlu belajar dari seorang ahli tangguh, dan mengamati secara cermat ribuan bilah keris. Ia juga harus memiliki photographic memory yang kuat.
Mas Ngabehi Wirasoekadga, abdidalem Keraton Kasunanan Surakarta, dalam bukunya Panangguhing Duwung (Sadubudi, Solo, 1955) membagi tangguh keris menjadi 20 tangguh. Ia tidak menyebut tentang tangguh Yogyakarta, melainkan tangguh Ngenta-enta, yang terletak di dekat Yogya. Keduapuluh tangguh itu adalah:

  1. Pajajaran   2. Tuban   3. Madura   4. Blambangan   5. Majapahit
  6. Sedayu   7. Jenu   8. Tiris-dayu   9. Setra-banyu   10. Madiun
  11. Demak   12. Kudus   13. Cirebon   14. Pajang   15. Pajang
  16. Mataram   17. Ngenta-enta,Yogyakarta   18. Kartasura   19. Surakarta    
Keris Buda dan tangguh kabudan, walaupun di kenal masyarakat secara luas, tidak dimasukan dalam buku buku yang memuat soal tangguh. Mungkin, karena dapur keris yang di anggap masuk dalam tangguh Kabudan dan hanya sedikit, hanya dua macam bentuk, yakni jalak buda dan betok buda.
Sementara itu Bambang Harsrinuksmo dalam Ensiklopedi Keris (Gramedia, Jakarta 2004) membagi periodisasi keris menjadi 22 tangguh, yaitu:

  1. Tangguh Segaluh   2. Tangguh Pajajaran
  3. Tangguh Kahuripan   4. Tangguh Jenggala
  5. Tangguh Singasari   6. Tangguh Majapahit
  7. Tangguh Madura   8. Tangguh Blambangan
  9. Tangguh Sedayu   10. Tangguh Tuban
  11. Tangguh Sendang   12. Tangguh Pengging
  13. Tangguh Demak   14. Tangguh Panjang
  15. Tangguh Madiun   16. Tangguh Koripan
  17. Tangguh Mataram Senopaten   18. Mataram Sultan Agung
  19. Mataram Amangkuratan   20. Tangguh Cirebon
  21. Tangguh Surakarta   22. Tangguh Yogyakarta
Ada lagi sebuah periode keris yang amat mudah di-tangguh, yakni tangguh Buda. Keris Buda mudah dikenali karena bilahnya selalu pendek, lebar, tebal, dan berat. Yang sulit membedakannya adalah antara yang aseli dan yang palsu.

Tanjeg

adalah perkiraan manfaat atau tuah keris, tombak, atau tosan aji lainnya. Sebagian pecinta keris percaya bahwa keris memiliki 'isi' yang disebut angsar. Kegunaan atau manfaat angsar keris ini banyak macamnya. Ada yang menambah rasa percaya diri, ada yang membuat lebih luwes dalam pergaulan, ada yang membuat nasihatnya di dengar orang. Untuk mengetahui segala manfaat angsar itu, diperlukan ilmu tanjeg. Dalam dunia perkerisan, ilmu tanjeg termasuk esoteri keris.

Tayuh

Merupakan perkiraan tentang cocok atau tidaknya, angsar sebilah keris dengan (calon) pemiliknya. Sebelum memutuskan, apakah keris itu akan dibeli (dibayar mas kawinnya), si peminat biasanya terlebih dulu akan me-tayuh atas keris itu. Tujuannya untuk mengetahui, apakah keris itu cocok atau berjodoh dengan dirinya.


Ukiran Surakarta
Ukiran/Hulu

Kata ukiran dalam dunia perkerisan adalah gagang atau hilt. Berbeda artinya dari kata 'ukiran' dalam bahasa Indonesia yang padanannya ialah carved atau engraved. Gagang keris di Bali disebut danganan, di Madura disebut landheyan, di Surakarta disebut jejeran, di Yogyakarta disebut deder. Sedangkan daerah lain di Indonesia dan Malaysia, Singapura, serta Brunei Darussalam disebut hulu keris.
Javakeris memakai istilah ukiran dan hulu keris mengingat semua daerah itu juga mengenal dan memahami arti kata ukiran dalam perkerisan. Bentuk ukiran atau hulu keris di setiap daerah berbeda satu sama lain.
Di bawah ini adalah contoh bentuk hulu keris dari beberapa daerah.

Hulu

Warangka

Atau sarung keris kebanyakan terbuat dari kayu yang berserat dan bertekstur indah. Namun di beberapa daerah ada juga warangka keris yang dibuat dari gading, tanduk kerbau, dan bahkan dari fosil binatang purba. warangka keris selalu dibuat indah dan sering kali juga mewah. Itulah sebabnya, warangka juga dapat digunakan untuk memperlihatkan status sosial ekonomi pemiliknya.

Bentuk warangka keris berbeda antara satu daerah dengan lainnya. Bahkan pada satu daerah seringkali terdapat beberapa macam bentuk warangka. Perbedaan bentuk warangka ini membuat orang mudah membedakan, sekaligus mengenali keris-keris yang berasal dari Bali, Palembang, Riau, Madura, Jawa, Bugis, Bima, atau Malaysia.
Berikut adalah jenis-jenis warangka dari berbagai daerah perkerisan:


Ladrang Kadipaten
Warangka Surakarta

Biasanya terbuat dari kayu cendana wangi atau cendana Sumbawa (sandalwood - Santalum Album L.) Pilihan kedua adalah kayu trembalo, setelah itu kayu timaha pelet.
Warangka ladrang terbagi menjadi empat wanda utama, yaitu Ladrang Kasatriyan, Ladrang Kadipaten, Ladrang Capu, dan Ladrang Kacir. Dua wanda yang terakhir sudah jarang dibuat, sehingga kini menjadi langka.
Warangka ladrang adalah jenis warangka yang dikenakan untuk menghadiri suatu upacara, pesta, dan si pemakai tidak sedang melaksanakan suatu tugas. Bila dibandingkan pada pakaian militer, warangka ladrang tergolong Pakaian Dinas Upacara (PDU).



Warangka Sandang
Walikat

Warangka
Selain ladrang, di Surakarta juga ada warangka gayaman, yang dikenakan pada saat orang sedang melakukan suatu tugas. Misalnya, sedang menjadi panitia pernikahan, sedang menabuh gamelan, atau sedang mendalang. Prajurit keraton yang sedang bertugas selalu mengenakan keris dengan warangka gayaman. Warangka gayaman Surakarta juga ada beberapa jenis, di antaranya: Gayaman Gandon, Gayaman Pelokan, Gayaman Ladrang, Gayaman Bancigan, Gayaman Wayang.
Jenis warangka yang ketiga adalah warangka Sandang Walikat. Bentuknya sederhana dan tidak gampang rusak. Warangka jenis inilah yang digunakan manakala seseorang membawa (bukan mengenakan) sebilah keris dalam perjalanan.

Warangka Yogyakarta



Warangka Yogyakarta
Bentuk warangka di Yogyakarta mirip dengan Surakarta, hanya ukurannya agak lebih kecil, gayanya lebih singset. Yang bentuknya serupa dengan warangka ladrang, di Yogyakarta disebut branggah. Kayu pembuat warangka branggah di Yogyakarta adalah kayu trembalo dan timaha. Sebenarnya penggunaan warangka branggah di Yogyakarta sama dengan warangka ladrang di Surakarta, tetapi beberapa dekade ini norma itu sudah tidak terlalu ketat di masyarakat.
Jenis bentuk warangka Yogyakarta lainnya adalah gayaman. Dulu ada lebih kurang delapan jenis warangka gayaman, tetapi kini hanya dua jenis wanda warangka yang populer, yakni gayaman ngabehan dan gayaman banaran. Warangka gayaman dikenakan pada saat seseorang tidak sedang mengikuti suatu upacara.
Jenis bentuk warangka yang ketiga adalah sandang walikat, yang boleh dibilang sama bentuknya dengan sandang walikat gaya Surakarta.

Pamor Keris

Untuk pencinta keris, pamor yang ada dibilah keris adalah bunga dari keris bahkan jiwa dari keris tersebut. Pamor membuat keris bercahaya lebih menarik dan bernilai lebih. Pamor muncul sebagai akibat penempaan canggih dari besi dengan nikel atau batu meteor, ini bukannya ukiran.

Para empu keris mewarisi seni canggih penempaan keris dari para empu sepuh zaman kuno, sejak sekian ratus tahun yang lalu. Dipakai juga batu meteor untuk mempercantik pamor.

Ada beberapa jenis pamor. Bila anda berminat untuk mulai memiliki keris, berhati-hatilah. Pilihlah keris dengan pamor yang membuat hidup anda nyaman, hindari untuk mengkoleksi keris dengan pamor yang jelek perlambangnya.


Beberapa Pamor Favorit :




Pamor Kulbuntet . Pamor ini dimaksudkan untuk melindungi pemilik keris dari segala macam serangan, supaya selamat.

Pamor Batulapak. Member keselamatan dan keberuntungan. Pemilik disenangi banyak orang.

Pamor Udan Mas. Pembawa rejeki dan kekayaan.

Pamor Kancingkulino. Menyebabkan pemiliknya bisa mencapai pangkat tinggi dan keberuntungan.

Pamor Purnamandadari. Pembawa kemakmuran dan pikiran jernih. Ini cocok untuk executive, diplomat dll.

Pamor Satriyo Pinayungan. Pemilik kuat memangku jabatan tinggi, makmur dan disenangi banyak orang.

Pamor Bawaretno atau Pamor Alif untuk menjadi pemimpin yang cakap, mrantasi gawe ( mampu menyelesaikan semua persoalan dan berhasil dalam bekerja) dan ber martabat.






Pamor Pancuran Mas, supaya terus dapat rejeki.

Pamor Tunggak Semi. Pemilik dan keturunannya hidup makmur.

Pamor Likas. Simbul kemakmuran untuk pedagang, petani, peternak. Selalu selamat dan punya banyak teman.

Pamor Ngurutan untuk menolak serangan halus jahat, racun, dan semua kekuatan hitam. Pemilik selamat, punya pekerjaan dan posisi bagus.

Pamor Dewangkoro. Ini cocok untuk prajurit, melindungi dari tembakan peluru, senjata tajam dan musuh jahat.

Pamor Mustar. Melindungi dari segala macam serangan, melindungi rumah dari kebakaran, untuk mendinginkan orang yang sedang marah.

Pamor Rotomo. Membantu menemukan kembali barang hilang. Bagus untuk pencari ikan, hasil tangkapannya banyak; petani akan panen buah banyak.






Pamor Jeng Isi Donya. Ini melambangkan kekayaan dan kemampuan mengelola. Pedagang akan banyak untung dan disenangi orang banyak.

Pamor Lintang Kemukus. Bagus untuk kelancaran komunikasi, hubungan. Akan dengan cepat menerima berita, mengetahui sesuatu secara otomatis, juga dalam bidang spiritual.

Pamor yang sebaiknya dihindari :




Ada beberapa pamor keris, menurut pengalaman mempunyai pengaruh yang kurang baik bagi pemilik keris, antara lain :
Pamor Manerakung. Ini pamor jelek, pemilik bisa cilaka.

Pamor Buto Ijo. Jelek, senjata makan tuan, bikin pemilik susah.

Pamor Lulut. Bikin pemiliknya sakit-sakitan.
Pamor lain yang tidak baik diantaranya : Gedah, Pasiyungan, Sengkolo, Ngangsar, Buntel Mayit, Kudhung Mayit, Nerjang Landep, Pegat Waja, Pedhot, Belah Pucuk dll.

Para Empu Kondang zaman kuno

Pejajaran, Jawa Barat : Empu Windusarpa; Empu Sanggabumi lalu pindah ke Sumatra dan menciptakan pedang Minangkabau yang kuat dan bagus.

Empu Nimbok Sombro, wanita cantik, buah karyanya yang berupa keris juga indah dan sangat dicari oleh para kolektor.


Majapahit, Jawa Timur :


Empu Supomadrangi, dikenal sebagai Empu Supo atau Empu Jakasuro 1. Raja Brawijaya sangat menyenangi keris-keris buatannya.  Oleh Raja, dia diberi pangkat tinggi dan gelar kebangsawanan dengan nama Pangeran Sendhang Sedayu dan dikawinkan dengan adik raja, selain itu diberi tanah perdikan Sedayu di Jawa Timur.

Empu Supo punya nama yang melegenda dalam bidang perkerisan, orang percaya bahwa dia telah membuat keris dengan tangan telanjang diatas laut. Oleh karena itu dia dijuluki dengan nama Empu Rambang, artinya orang yang bisa membuat keris diatas air.

Empu Supogati, saudara Empu Suro; Empu Jakasuro, anaknya; Empu Wangsa yang mukim di Tembayat; Empu Gedhe yang tinggal di Banyumas, Jawa Tengah.

Semua empu yang bekerja untuk Majapahit disebut Empu Dhomas yang terdiri dari 800 empu dari seluruh penjuru tanah air.


Tuban, Jawa Timur :


Banyak empu Tuban yang adalah pindahan dari Pejajaran, diantaranya lima orang anak Empu Kuwung, yaitu : Empu Rara Sembaga; Empu Bekeljati; Empu Suratman; Empu Paneti; Empu Salaeta. Empu lokal yang terkenal adalah Joko Kajal.


Blambangan, Jawa Timur :

Empu Surowiseso; Empu Kalunglungan; Empu Mlayagati; Empu Cakrabirawa dll.


Madura :

Empu Keleng atau Empu Kasa, ketika di Pejajaran namanya Empu Wanabaya;

Empu Macan, putra dari Empu Pangeran Sedayu, cucunya Brawijaya.


Ketika mukim di Pajang namanya adalah Empu Umyang, lalu pindah ke Madiun dengan nama Empu Tundhung Madiun; Empu Palu, anak Empu Kasa dan Empu Gedhe, anak Empu Palu.


Demak, Jawa Tengah :

Empu Purwosari; Empu Purwotanu; Empu Subur; Empu Jakasupo II.


Pajang, Jawa Tengah :


Empu Cublak; Empu Umyang atau Empu Jakasupo II atau Empu Tundhung Madiun. Sewaktu mukim di Mataram, dia ditunjuk untuk mengepalai 800 orang empu. Untuk pengabdiannya, dia di-anugerahi kedudukan kebangsawanan dengan nama Pangeran Sendhang.

Empu-empu yang lain : Empu Wanagati; Empu Surawangsa; Empu Jakaputut dan Empu Pengasih.


Palembang :


Empu Supo Lembang, keturunan Empu Sedhah.


Mataram, Jogjakarta :

Semasa pemerintahan Sultan Agung, Kerajaan Mataram mempunyai 8oo empu dari seluruh penjuru tanah air. Para empu tersebut diperintahkan untuk membuat senjata termasuk keris dan tombak yang bagus dan kuat untuk dipergunakan para prajuritr menyerang benteng Belanda VOC di Batavia, Jakarta.

Setiap 100 empu dipimpin seorang mantri. Nama ke-delapan mantri tersebut adalah : Empu Tepas dari Semarang; Empu Mayi dari Karang; Empu Legi dari Majapahit; Empu Gedhe dari Pajang; Empu Luwing dari Madura; Empu Guling; Empu Ancer dari Kalianjir dan Empu Salaeta dari Tuban.

Pimpinan ke delapan mantri adalah  Empu Ki Nom atau Pangeran Sendhang. Dia juga disebut Empu Galeng karena dengan tangan kosong mampu membuat keris di-galengan sawah.

Empu-empu Mataram yang lain adalah : Empu Lanang; Empu Suro; Empu Setratoya; Empu Setrakiting; Empu Lujuguna; Empu Setranaya dll.


Kartosuro, Jawa Tengah :

Empu Setranaya III; Empu Sendhangwarih; Empu Taruwangsa;Empu Japan; Empu Braja; Empu Sendhag Koripan dll.


Surakarta, Jawa Tengah :

Empu Brajaguna II; Empu Brajaguna III; Empu Singawijaya. Semasa Raja Paku Buwono X, empunya antara lain: Empu Japan dan Empu Jayasukadgo.


Jogjakarta :

Di Jogja ada banyak empu yang tinggal dibeberapa wilayah Jogja seperti di Kajar, Bener, Imogiri, Ngentha-Entha. Semasa pemerintahan Raja Hamengku Buwono V, salah satu empunya adalah Wangsawijaya yang mendapat pangkat tinggi dengan nama Tumenggung Jayanegara.

Kepala Empu ( Jejeneng dalam bahasa dan istilah Jawa) dimasa Hamengku Buwono V adalah Tumenggung Riyokusumo.

Empu Supowinangun adalah empu semasa Raja Hamengku Buwono VIII yang banyak membuat keris untuk Patih Danurejo VII. Empu lainnya adalah : Empu Lurah Prawiradahana; Empu Bekel Tarunadahana; Empu Jayangpenglaras.

Kepala empu/ Jejeneng empu disaat Hamengku Buwono VIII adalah Empu Wedono Prawirodipuro.


Pakualaman, Jogjakarta :

Empu Ngabehi Kartocurigo 1; Empu Karyocurigo II; Empu Ngabehi Karyodikromo; Empu Mas Saptotaruno dan Empu Joyokaryo.

5 Keris Paling Terkenal

Keris merupakan senjata khas masyarakat Indonesia khususnya bagi masyarakat jawa. senjata tradisional ini sangat terkenal bahkan hingga mancanegara. Banyak hal yang berkenaan dengan keris, mulai dari bahan pembuatannya empu (pembuatnya) hingga energi/aura yang dipancarakan oleh sebuah keris.
Di masa lalu, Keris biasa di gunakan sebagai senjata dan pusaka oleh para ksatria untuk berperang. Bahkan beberapa keris dipercaya memliki energi kesaktian yang luar biasa sehingga bisa membuat lawan lawan takut. Namun pada masa kini keris digunakan sebagai benda seni budaya dan menjadi koleksi koleksi pecinta keris
Di Indonesia, ada beberapa keris bertuah legendaries yang sangat terkenal. Diantaranya:.
 
 
1. Keris Mpu Gandring
Keris Mpu Gandring adalah senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat berdirinya Kerajaan Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur sekarang. Keris ini terkenal karena berkenaan dengan sejarah berdirinya keraajaan singasari. Keris ini juga menjadi misterius karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok. Empu dari keris ini adalah seorang pandai besi yang dikenal sangat sakti yang bernama Mpu Gandring, atas pesanan Ken Arok. Setelah selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud yang sempurna bahkan memiliki kemampuan supranatural yang konon dikatakan melebihi keris pusaka masa itu. Kemudian Ken Arok menguji Keris tersebut dengan menusukannya pada Mpu Gandring yang konon menurutnya tidak menepati janji. Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari Ken Arok. Dalam perjalanannya, keris ini terlibat dalam perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singhasari yakni: Tunggul Ametung, Ken Arok, Anusapati dan keturunan Ken Arok.

2. Keris Kyai Setan Kober
Keris Kyai setan kober tercatat di sejarah sebagai Keris yang dipakai Adipati Jipang, Arya Penangsang. Kono keris ini dipakai Ketika sang adipati bertempur melawan Sutawijaya, Suatu saat tombak Kyai Pleret milik Sutawijaya mengenai lambung Arya Penangsang, hingga ususnya terburai. Arya Penangsang dengan sigap, menyangkutkan buraian ususnya itu pada wrangka atau sarung-hulu keris yang terselip di pinggangnya, dan terus bertempur. Saat berikutnya, Sutawijaya terdesak hebat dan kesempatan itu digunakan oleh Arya Penangsang untuk segera penuntaskan perang tanding tersebut, dengan mencabut keris dari dalam wrangka atau ngliga keris (menghunus), dan tanpa sadar bahwa wilah(an) atau mata keris Kyai Setan Kober langsung memotong ususnya yang disangkutkan di bagian wrangkanya. Ia tewas seketika.
Sutawijaya terkesan menyaksikan betapa gagahnya Arya Penangsang dengan usus terburai yang menyangkut pada hulu kerisnya. Ia lalu memerintahkan agar anak laki-lakinya, kalau kelak menikah meniru Arya Penangsang, dan menggantikan buraian usus dengan rangkaian atau ronce bunga melati, dengan begitu maka pengantin pria akan tampak lebih gagah, dan tradisi tersebut tetap digunakan pada acara adat jawa hingga saat ini.

3. Keris Pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten
Keris Nagasasra dan sabuk Inten adalah keris yang sangat terkenal di kalangan masyarakat jawa. Dua pusaka tersebut adalah peninggalan Raja Majapahit. Nagasasra adalah nama salah satu dapur keris luk tiga belas dan ada pula yang luk-nya berjumlah sembilan dan sebelas, sehingga penyebutan nama dapur ini harus disertai dengan menyatakan jumlah luk-nya.Bagian gandik keris ini diukir dengan bentuk kepala naga, sedangkan badannya digambarkan dengan sisik yang halus mengikuti luk pada tengah bilah sampai ke ujung keris.
Salah satu pembuat keris dengan dapur Nagasasra terbaik, adalah karya empu Ki Nom, merupakan seorang empu yang terkenal, dan hidup pada akhir zaman kerajaan Majapahit sampai pada zaman pemerintahan Sri Sultan Agung Anyokrokusumo di Mataram. Dapur Sabuk Inten, seperti juga dapur Nagasasra mempunyai luk tiga belasdengan ciri-ciri yang berbeda yaitu mempunyai sogokan, kembang kacang, lambe gajah dan greneng.

4. Condong Campur
Condong Campur adalah salah satu keris pusaka milik Kerajaan Majapahit yang banyak disebut dalam legenda dan folklor. Keris ini dikenal dengan nama Kanjeng Kyai Condong Campur.
Yang unik, Konon keris pusaka ini dibuat beramai-ramai oleh seratus orang mpu. Bahan kerisnya diambil dari berbagai tempat. Dan akhirnya keris ini menjadi keris pusaka yang sangat ampuh namun memiliki watak yang jahat.

5. Keris Taming Sari
Di zaman kerajaan majapahit, ada salah seorang hulu balang yang bernama Taming Sari.  Ia dipercaya sebagai pemilik pertama keris ini. dalam perkembangannya keris ini kemudian bertukar tangan kepada hulubalang Melaka yang telah berjaya membunuh Taming Sari bernama Hang Tuah. Perpindahan kepemilikan ini terjadi dalam suatu duel keris yang sangat luar biasa antara Taming Sari dan Hang Tuah, yang akhirnya dimenangkan oleh Hang Tuah.